M3stakung oh Mestakung..
“Mestakung!” moto, pedoman, sekaligus nama kelompok yang akan kita gunakan saat lomba kording (koran dinding) di Dinas Kementrian Hukum dan HAM Sabtu, 14 Mei 2011. Ini sedikit cerita yang ingin aku bagi dan semoga kalian (para pembaca) bisa memetik pelajaran dari apa yang aku ceritakan ini.
Karamel dan M3stakung
Ini adalah lomba kording pertamaku di SMA. Dulu saat di SMP aku sudah mengikuti lomba kording se-Bali, hanya saja keberuntungan kurang memihak kepada kelompok kami saat SMP dulu. Tapi setidaknya perjuangan kami dihargai, karena hanya kamilah satu-satunya kelompok yang berasal dari SMP. Sedangkan lawan kami adalah SMA/SMK se-Bali. Kami hanya mendapat penghargaan sebagai “The Youngest Participant”. Dan saat itu akulah ketuanya. Adik-adikku sangat semangat saat berlomba, tetapi mungkin aku memang bukan ketua yang handal, tidak bisa menggerakkan adik-adikku dan memberikan teori yang benar. Tetapi, memang hanya itu ilmu yang bisa aku berikan saat SMP dulu kepada adik-adikku. Nama kelompok kami saat itu adalah “Karamel” yang memiliki arti tersendiri untuk setiap anggotanya. Dan kali ini, dengan M3stakunglah aku berjuang. Persiapannya serba-serbi dadakan. Hanya satu minggu, itu pun tidak sepenuhnya kami gunakan untuk persiapan. Dari yang pertama, aku diberikan pilihan antara laput, lapsus, dan profil. Menurutku sebagai pemula sebaiknya tidak langsung terjun ke laput dan lapsus karena itu adalah tanggung jawab yang berat. Jadi, profillah yang aku pilih karena kording mingguan di sekolah aku sudah terbiasa menulis profil.
H-1.
Inilah keanehan yang terjadi. Semua baru kita persiapkan, tetapi kami menjalaninya dengan senang hati. Mulai dari pembagian banyak kata perubrik, pembagian time schedule dan tugas-tugas, mencari printer dan laptop-laptop yang akan digunakan karena lomba kording yang kami ikuti adalah lomba kording on the spot. Dalam arti lain mengerjakan 98% di tempat dan tema ditentukan di tempat, narasumber juga ditempat. Yah, serupa dengan lomba kording ku di SMP dulu. Hanya saja di sini aku bisa merasakan pertandingan yang ketat dan kuat.
Madyapadma Butuh Printer
Masalah pertama adalah di printer. Printer kelompok SMAN 3 Denpasar I (S’m3rti) yang beranggotakan 8 orang yang terdiri dari Kak Eka, Kak Winda, Krisna, Dodek, indah, Bintang, Kak Dea, dan Kak Putri sudah lengkap. Sedangkan printer kelompok SMAN 3 Denpasar II (M3stakung) yang terdiri dari Kak juni sebagai layouter dan fotografer, Baskara sebagai Karikatur dan Artistik, Kak Suci sebagai penulis laput dan sastra, Astie sebagai penulis artikel, Kompiang sebagai penulis tajuk, Ditha sebagai penulis resensi dan aku sebagai penulis profil, hanya dapat satu printer.
Semesta Kurang Mendukung (Meskukung)
Aku dan Astie pergi ke rumah Dinda dengan semangat membawa motor vario. Jauh! Tidak aku duga ternyata sejauh itu rumah Dinda. Hingga akhirnya aku sampai di sana untuk meminjam printer. Aku kira printer Dinda sama seperti printer-printer biasanya yang bisa kita bawa dengan hanya menggunakan motor. Ternyata printer Dinda 4 kali lebih besar dari pada printer ukuran biasa. Besar dan lebar. Bahkan jok sepedan motorpun tidak cukup untuk kita duduki hanya karna printer itu. Aku pun menghubungi kak Suci yang berada di sekolah dan memberitahu bahwa kondisi tidak mengijinkan untuk membawa printer yang besar itu menggunakan motor, selain itu cuaca juga tidak mendukung. Hujan.
Sesampainya di sekolah, aku basah kuyup. Aku flu, memang sudah sejak beberapa hari yang lalu. Kak Adit mengingatkanku agar menjaga kondisi karena besok adalah saatnya untuk bertanding. Dingin, pusing, tetapi tetap aku paksakan ikut mempersiapkan sarana-sarana untuk lomba besok. Hingga akhirnya kita dapatkan banyak pinjaman printer. Hanya saja hanya satu yang bisa berfungsi baik.
Kawanku, lawanku.
Keesokan paginya, sudah ada satu printer yang bisa kita gunakan, sebelum lomba kita kembali mencoba printer-printer. Tetapi nihil, hanya satu printer yang bisa kita gunakan. Padahal dalam silabus maksimal 2 printer yang boleh kita gunakan untuk mempersingkat waktu saat lomba. Lantas kami berangkat ke tempat lomba dan bahan-bahan mentah kami titip di mobil kak Winda Dp. Sesampainya di sana, aku merasakan hawa persaingan yang ketat. Bahkan jujur, dengan kelompok SMAN 3 Denpasar I (S’m3rti) pun begitu. Kita bersaing. Dan waktu berlomba pun dimulai. M3stakung mendapatkan nomer urut 7 dan S’m3rti nomer urut 3.
Bapak Drs. I Ketut Karda M.Si
“Kalau kalian jeli, pasti kalian tau yang mana narasumber.” Ucap seorang panitia. Dan dengan sigap aku menghampiri seorang lelaki tua dengan baju dinas yang duduk di taman sambil memakan snak pemberian panitia. Aku kira aku salah orang karena hanya aku satu satu-satunya orang yang berani berdiri sendiri untuk wawancara. Dengan agak sedikit berani dan menghilangkan rasa malu, aku mangucapkan salam dan berusaha mengakrabkan diri dengan Bapak I Ketut Karda selaku guru Agama dan Spiritual di Unud. Setelah lama berbincang-bincang, masih saja aku sendiri yang berdiri di tengah taman sambil asyik berbicara dengan narasumber, seperti sudah berteman lama. Dan setelah aku mendapatkan banyak info, barulah satu persatu kelompok lain datang menyerbu untuk bertanya dan mewawancarai beliau. Syukurlah aku yang pertama, jadi tidak perlu berebut dengan kelompok lain.
Diri Kita, Bukan Orang Lain
Masalah lagi. Saat aku akan membuat profil, aku hanya kebagian 256 kata. Sangat sedikit. Lalu dengan berani aku mengetik lebih, untuk saja rubrikku pas dan sangat mentok dengan foto. Judul profilku, “Diri Kita, Bukan Orang Lain” Huh! Setelah selesai membuat profil dan memberikan ke “tukang layout”, sebut saja namanya Kak Juni, aku pun pergi ke membantu baskara membuat kerangka penyangga untuk kording kami. Semua masih sama seperti time schedule yang kita buat. Tetapi lama kelamaan time schedule mulai terabaikan dan berantakan.
Padma Kuning!
Artistik dalam berwarna kuning dan artistik luar kita rencanakan berbentuk bunga teratai tetapi berwarna kuning. Teratai adalah Padma. Dan nama team jusnalistik kita adalah Madyapadma. Setelah aku selesai mewarnai karikatur, karikatur artikel, karikatur laput dan karikatur tajuk, aku langsung membantu Baskara mewarnai artistik luar yang sangat besar dan membutuhkan banyak banyak banyak warna kuning. Cat air kuning sudah habis. Dengan kondisi kritis itu team kami mencampur warna oranye dan putih dengan banyak air dan akhirnya lima kelopak bunga teratai pun jadi. Lalu kami menjemur teratai itu. Kelompok lain sudah mulai menempel rubrik mereka masing-masing. Sedangkan kami, rubrik belum di cetak karena ada suatu masalah, entah apa. Baskara sudah mulai memanas. Dan menyuruh Kak Juni agar segera mencetak.
Antara Printer, Tinta, dan Waktu
Sudah mulai mencetak dan menempel. Hanya saja karena software yang kita gunakan adalah facemaker, bukan MS.word. jadi harus memotong sedikit demi sedikit ribrik yang ada. Dan saat mencetak tiba-tiba Baskara berteriak “Aduh!”. Dan entah mengapa pandanganku langsung tertuju kepada Printer dan ternyata memang benar, tinta habis. Dan warna kuning menjadi lebih muda. Kondisi kritis datang, dengan cepat kita mengisi tinta printer kita. Walaupun menghabiskan banyak waktu, setidaknya kami belum menyerah, kami tetap berusaha memberikan yang terbaik.
Terlambat Tetap Semangat
Waktu habis dan semua sudah mulai membersihkan tempat kerja mereka, sedangkan kita masih menempel bagian-bagian. Karena menempel rubrikpun kita menggunakan rumus dan logika. Jika tidak, mungkin hasilnya akan berantakan. Dengan layout kuning tua kuning muda yang serupa dengan warna kulitku yang belang ini. Poin kami sudah dipotong setengah. Dan kami pasrah. Semua kelompok sudah selesai makan, sedangkan kami baru saja mengumpul karya kami. Panitia sudah beberapa kali menegur. Hah!!!
Senyum Kecemasan
Semua peserta berkumpul di aula atas. Dan di sanalah akan diumumkan siapa-siapa saja juara lomba kording dan kelompok mana yang mendapatkan rubrik-rubrik terbaik. Sebelumnya aku melihat wajah-wajah kelompokku, terlihat pancaran kepasrahan dan kecemasan dibalik senyum mereka. Tetapi Kak Ananta, pembina sekaligus pendamping kami tetap memnacarkan ekspresi senyumnya yang tenang itu. Aku, kak Winda, Asti dan Ditha naik ke atas dan duduk. Disusul oleh kak Eka dan Kak Dea lalu teman-teman yang lain. Dan sudah mulai diumumkan.
M3stakung Kurang Mestakung
.... Nama m3stakung sudah beberapa kali di ucapkan sebagai rubrik-rubrik dan artistik terbaik hingga akhirnya aku optimis menang dan lupa dengan kesalahan kami saat mengerjakan kording. Tetapi semesta belum mendukung, kehendak Tuhan bukan lah kami yang mendapatkan juara itu. Smansa sebagai juara 3, SMAN 3 Denpasar I (S’m3rti) sebagai juara 2 dan SMAN 8 Denpasar (Astana) sebagai juara pertama. Seketika aku kaku tetapi berusaha melepas kekecewaan dengan membanggakan diri bahwa aku adalah Madyapadma dan setidaknya team Madyapadma pulang membawa piala.
Kami turun ke bawah dan berbincang-bincang sebentar dengan kak Ananta. Lalu ia mengatakan bahwa ternyata nilai terbesar diperoleh oleh kelompok M3stakung dan seharusnya M3stakunglah yang mendapatkan juara 1, hanya saja karena pemotongan nilai saat terlamabat mengumpul, jadi kita mendapatkan posisi harapan satu dengan selisih 1 poin dengan juara 3. Bukannya perasaan bahagia yang muncul tetapi aku semakin sakit hati dan kecewa dengan apa yang terjadi.
We Are One Of Madyapadma Journalistic Park
Hah. Mau apa lagi. Ini lah pengalaman. Saat ini Tuhan masih menyuruh kita untuk belajar dari pengalaman yang ia berikan. Setidaknya aku adalah Madyapadma. And i’m Proud to be Madyapadma. Sekalipun S’m3rti dan M3stakung saat itu adalah lawan, tetapi kita adalah satu. Madyapadma. (Tar)
pemenang bukanlah yang mengangkat piala, tapi mereka yang berjuang hingga akhir dan mengalahkan diri mereka sendiri,.
BalasHapusmantap blogmu tar :D
BalasHapustetap semangat. perjalanan masih panjang. orang hebat bukan orang yang langsung menang. melainkan orang yang mampu bangkit dari kekalahan atau kesalahan. Tetap semangat Tara.
BalasHapushey ya ini anak mp ya??wah jadi keinget masa2 lomba mading dulu, problem2nya jg gak jauh2 dri kalian, malah angkatanku pernah optimis kalah ehhh trnyata dapet juara 1 padahal udah bnyk dipotong skor gara2 telat, gubrakkkk wkwkwk dan pernah jg ketika uda optimis jd no.1 hrus turun pringkat, ya stidaknya banyak pelajaran pengalaman dan sensasi yg tak terlupakan, yg penting prosesnya, menang itu ya bisa dibilang bonus lah..wah kangen deh gradag grudug mp *colek kak ananta*
BalasHapus@malaikat katak: iya :)
BalasHapusmakasi uda mengunjungi blog saya
@dodek: hehehe
hobi banget aku nulis kalo uda adal pengalaman seru :D
@kak ananta: iya kak :D
saya bakalan terus semangat
buat MP utamanya
taun depan mesti balas dendam
hehe
@kak andyputera: iya kak, saya MP34
ini pertama kalinya saya ikut lomba kording on the spot di SMA
ini pelajaran, moga kedepannya bisa lebih baik
tapi seru,kan!? :D
BalasHapusmenang itu bonus...cerita sebelum pengumuman itu yg paling berharga ;)