Aku bahagia dan merasakan terbang karenamu. Kamulah yang membuatku melayang dan lupa bahwa aku telah diatas. Lalu, aku jatuh karena kamu melepaskan genggamanmu. Aku sakit karenamu, sakit. Tapi setidaknya karenamu pula aku tau bagaimana caraku untuk bangkit sendiri dari sakit yang telah engkau berikan. Terimakasih. Hari yang cukup lama kau isi ruangan kosongku. Mungkin memang ruangan ini begitu kosong hingga semakin lama kamu sadar bahwa kekosongan ruangan ini menjenuhkan. Mungkin aku memang bukan orang yang bisa membuatmu nyaman, senang, dan tenang di dalam ruangan kosong yang telah aku sediakan. Sebenarnya semua itu aku sediakan bukan untuk kamu tempati saja. Tetapi saat itu aku percaya bahwa kamu lah yang bisa menata kembali ruangan kosong dan hancur itu. Mengisi ruangan itu dengan apa yang kamu punya agar aku tau seberapakah kamu mempu melengkapi ruangan itu. Aku percaya kamulah orang yang bisa, mau dan mampu. Tetapi akulah egois. Aku hanya berharap aku dapat mendapatkan apa yang aku mau darimu, tapa berfikir bahwa kamu juga mengharapkan sesuatu dariku. Hingga akhirnya aku tidak dapat memenuhi apa yang kamu inginkan, aku tidak dapat memberi apa yang kamu butuhkan, aku hanya bisa menagih apa yang aku pinta kepadamu, kamu pun jenuh, dan pergi. Pergi jauh dan menghempaskan aku yang sedang asik bergelut dengan tubuhmu sambil melayang tinggi dan tinggi dan merasa semakin tinggi, hingga aku terjatuh dan sakit. Sangat sakit. Tetapi darimu juga aku belajar bahwa semua itu bukanlah bagaimana kita menerima dan meminta, tetapi juga bagaimana kita saling memberi. Akulah egois. Tetapi akan aku perbaiki diriku selagi ada waktu. Aku benahi diriku dengan dia, yang saat ini sedang bersanding denganku diatas awan, mengajakku terbang kembali, mengisi dan menghiasi ruangan kosong dan membersihkan ruangan berdebu ini. Semoga dia bukan kamu dan aku bukan aku yang dulu. Sangat susah memang melupakan kisah lama. Luka ini memang sudah sembuh dan tidak berdarah lagi. Luka ini memang sudah kering, tetapi bekasnya tetap ada. Sangat susah menghilangkan kenangan yang sudah kita rajut selama itu. Tetapi aku bersyukur saat ini aku bisa menghilangkanmu dari benakku. Aku bisa menghilangakan bayanganmu dari ruangan yang sekarang sudah diwarna oleh sentuhan lembutnya. Kamu telah menyia-nyiakan apa yang kamu punya, dan aku tidak akan seperti itu karena aku tau kamu menyesal saat melepasku dan aku terjatuh. Aku sudah bahagia dan semoga kamu merasakan kebahagiaan yang sama sepertiku. Aku salah. Ya, aku salah telah menuntut, meminta, tanpa memberikan apa yang kamu mau, apa yang kamu minta. Kamu memang sudah terlalu sabar menghadapi aku yang egois. Dan aku tidak pernah menghiraukan. Aku salah dan kamu benar. Aku tidak akan menyalahkan kamu melepaskanku. Tapi aku menyalahkanmu jika kejadian yang sama dialami “Dia” karenamu! Jaga dia yang sekarang kamu miliki. Dia lebih pantas karena dia bisa memberikan apa yang kamu mau. Karena kalian bisa berbagi apa yang kalian inginkan. Tidak seperti apa yang dulu aku lakukan kepadamu. Tetapi aku berpesan, hendaknya CINTA didasari dengan ketulusan, bukan pamrih. Aku berdoa agar perpisahan ini membuat kita sadar bahwa kita tidak pantas disatukan sebagai kekasih, tetapi aku berharap agar persahabatan kita tetap ada seperti sebelum kita pernah menjalani dan melintasi jagat cinta berdua. Aku ingin dan berharap perpisahan ini indah karena ini adalah jalan awal untuk menemukan yang sepantasnya kita teduhkan. Dan untuk kamu, yang sekarang sedang menggenggamku, aku akan berusaha untuk berbagi selalu denganmu. Tidak hanya menagih, meminta, dan menerima. Tetapi akulah tidak sempurna, jadi terimalah aku dengan kekuranganku. Karena semua ini tidak akan sempurna jika kita tidak bisa menerima ketidaksempurnaan masing-masing. Aku sayang kamu “kakak” yang bisa menjadi ayah, guru, motivator, teman, sahabat, segalanya. 151010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
bagaimana?