Sore itu ketika aku dan adikku, Lia selesai
menyantap masakan makan siang kita yang agak terlambat, kami datang ke sebuah
Hutan di kawasan Ubud untuk menjenguk beberapa saudara kita yang mungkin saat
itu sedang sakit, bahagia, punya anak, menikah, atau sebagainya. Iya, Monkey
Forest.
Monkey
Forest terletak di Kota Ubud tepatnya di jalan Monkey Forest itu sendiri, Ubud
Monkey Forest adalah cagar alam dan komplek candi di Ubud, Bali. Taman ini merupakan rumah bagi sekitar 340 ekor monyet
yang dikenal sebagai Kera ekor panjang (Macaca
fascicularis). Ada
empat kelompok monyet dan masing-masing berada wilayah yang berbeda di dalam
taman ini. Ubud
Monkey Forest
yang suci merupakan daya tarik wisata yang populer di Ubud, dan sering
dikunjungi oleh lebih dari 10.000 wisatawan perbulannya.
Monkey Forest dimiliki oleh warga desa Padangtegal dan yayasan Wenara Wana Padangtegal
sebagai pengelola Ubud Monkey Forest yang juga bekerja untuk menjaga kesucian
taman ini dan mempromosikan situs suci ini sebagai tujuan wisata bagi para
wisatawan.
Udara di sini sejuk, mengapa tidak, di sini adalah hutan yang memiliki banyak pohon rindang, sekalipun udara di jalan sangat menusuk kulit hingga darah terasa mendidih, tapi jika sudah masuk ke kawasan Hutan ini, rasanya asik sekali, sejuk dan sudah bisa kita lihat monyet-monyet yang betah berada di sana. Walaupun ramai, tetapi monyet-monyet itu terasa seperti menyambut kita dengan hangat dan mempersilahkan kita masuk ke dalam hutan mereka.
Aku lupa kapan tepatnya aku datang ke tempat
ini, rasanya hampir setiap ke Ubud aku datang atau sekedar lewat di kawasan
ini. Sejuk sekali. Dan hari ini aku sengaja datang khusus untuk menjenguk para
kerabat dan saudaraku. Hahaha. Ya, aku mengabadikan setiap keunikan-keunikan
yang mereka lakukan walaupun tidak semua hasil jepretanku bagus karena aku hanya
menggunakan kamera telepon selularku. Setidaknya ada beberapa yang bisa ku
pandangi apabila aku merindukan mereka.
Aku sudah tidak awam lagi dengan tempat ini, jalan-jalannya, tempat rusa dan bagaimana aku harus bersikap di sini aku sudah tau, tetapi baru kali ini aku bisa datang dengan sangat puas khusus untuk mengabadikan dan mencari tahu apa yang di rasakan turis pendatang tentang tempat ini. Salah satunya Jane, (mungkin penulisan namanya seperti itu), turis mancanegara asal Belanda yang saat itu menggunakan terusan oranye dan sepertinya menggunakan celana pendek hitam. jujur aku sedikit tidak mengerti dengan setiap yang dia katakan, tapi aku bisa menangkap bahwa menurutnya sangat unik banyak kera yang tidak diberikan kandang/sangkar bisa tetap diam di area Hutan ini dan tidak mengganggu aktifitas di kota. Kurang lebih seperti itu tanggapannya yang aku tangkap.
Aku sudah tidak awam lagi dengan tempat ini, jalan-jalannya, tempat rusa dan bagaimana aku harus bersikap di sini aku sudah tau, tetapi baru kali ini aku bisa datang dengan sangat puas khusus untuk mengabadikan dan mencari tahu apa yang di rasakan turis pendatang tentang tempat ini. Salah satunya Jane, (mungkin penulisan namanya seperti itu), turis mancanegara asal Belanda yang saat itu menggunakan terusan oranye dan sepertinya menggunakan celana pendek hitam. jujur aku sedikit tidak mengerti dengan setiap yang dia katakan, tapi aku bisa menangkap bahwa menurutnya sangat unik banyak kera yang tidak diberikan kandang/sangkar bisa tetap diam di area Hutan ini dan tidak mengganggu aktifitas di kota. Kurang lebih seperti itu tanggapannya yang aku tangkap.
Ya memang benar, ini sangatlah unik, kera-kera
ini dibiarkan lepas di suatu hutan tengah kota tetapi tidak mengganggu kegiatan
atau rutinitas yang ada di kota ini, Ubud. Setelah asik berbincang dengan Jane,
aku dan Lia kembali berjalan ke bawah. Atau ke arah sungai yang melintasi
Monkey Forest. Di sana adikku tertarik dengan sebuah kolam yang banyak berisi
koin-koin, dia dengan semangatnya bertanya padaku, dan setahuku, kolam itu di
sebut kolam permintaan yang dilemparkan koin dan astungkara permohonanmu akan
terwujud, lalu talia melemparkan 2 koin ke dalam kolam.
Setelah berputar cukup lama di dalam hutan,
aku kembali ke perkiranku di sudut, di tempat parkir khusus orang-orang yang
masuk secara gratis atau parkir gelap. Dan dari sana, kami melanjutkan
perjalanan untuk mencari anak-anak pelawang barong yang bisa diajak
bercengkrama. Lalu kepergian kami dari Monkey Forest diakhiri dengan HP Talia
yang jatuh beberapa kali.
.......
BalasHapus