Yang Punya

Foto saya
Denpasar, Bali, Indonesia
terbang naik elang, diserempet naga. selamat datang, selamat membaca :)

Rabu, 11 Mei 2011

Bali Bukan Jakarta

Bali dan Pulau Bali bukanlah hal baru bagi dunia pariwisata Indonesia, juga dunia. Bahkan, di manca negara Bali lebih dikenal dibandingkan Indonesia. Perbincangan tentang Bali pun bukan hal yang baru setahun-dua mendominasi pemberitaan media-media masa baik nasional maupun internasional. Bali telah ‘go-international’ sejak dulu kala. Bali secara sadar atau tidak telah menjadi ikon kepariwisataan Indonesia di mata dunia.

Semakin lama di Bali yang telah tertanamkan kepercayaan tentang bhisama atau doktrin-doktrin yang disepakati untuk mengatur kesucian tempat-tempat suci di Bali sesuai dengan PHDI tahun 1994. Sebenarnya penyelewengan dari Bhisama ini telah ada sejak lama, namun baru disadari sekarang karena telah semakin terlihat. Sebagai contoh nyata, Bali Beach Hotel di wilayah Sanur yang merupakan bangunan tinggi sedangkan di bawahnya terdapat Pura atau tempat Suci.

Di bali telah tertanamkan kepercayaan dan keyakinan-keyakinan yang telah mendarah daging. Seperti yang kita ketahui, pemerintah di Bali sedang marak-maraknya membicarakan tentang perencanaan pembuatan Fly Over atau jembatan layang yang di buat untuk mengurangi kemacetan di wilayah Simpang Siur Kuta. Tetapi doktrin atau Bhisama yang berada di Bali bahwa Fly Over itu tidak di perbolehkan karena telah melewati tempat-tempat suci di bawahnya. Sedangkan beberapa orang-orang yang melewati Fly over tersebut bisa saja sedang dalam keadaan cuntaka atau “leteh” dalam bahasa Balinya. Pembangunan jalan layang di seputaran patung Dewa Ruci Kuta dengan panjang dua kilometer, diperkirakan akan menelan biaya antara Rp 150 miliar hingga Rp 200 miliar.

Perencanaan ini telah mengundang kontroversi bagi para penduduk di Bali karena Fly Over sepanjang 2 kilometer tentu akan melewati Padmasana atau Tempat suci di bawahnya dan itu akan mengakibatkan “leteh” pada bangunan suci yang ada di bawahnya. Dan Bali adalah bukan Bali lagi yang telah melanggar aturan-aturan yang sudah ada dan dipercaya di Bali.

Jika proyek pembangunan jalan fly over di simpang Dewa Ruci batal dilaksanakan, maka Bali tak akan pernah lagi mendapat jatah proyek prstisius dari Pemerintah Pusat. Mengapa pemerintah sangat menginginkan Dana untuk pembangunan Fly Over yang padahal rakyat di Bali masih banyak yang kurang mampu. Lebih baik dana tersebut di gunakan untuk membantu rakyat miskin yang ada di Bali.

Pemerintah seharusnya lebih memikirkan dalam-dalam tentang pembuatan Fly Over. Pemerintah Bali harus mengikuti Doktrin yang ada di Bali karena inilah Bali. Dan Bali bukanlah Jakarta. Masih banyak cara untuk mengindahkan dan melestarikan Bali tanpa merusak Bhisama yang ada. (Tar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bagaimana?