Yang Punya

Foto saya
Denpasar, Bali, Indonesia
terbang naik elang, diserempet naga. selamat datang, selamat membaca :)

Selasa, 06 Maret 2012

3 Jam: Pesona Asik Ubud


Sore, sekitar pukul 02.35 aku dan adikku, Lia berangkat menuju sebuah kota kecil di Kabupaten Gianyar, Ubud. Ini memang rencanaku sejak lama. Sejak lama aku ingin agar bisa menikmati ubud tanpa ada perintah atau kebingungan. Biasanya aku pergi ke Ubud dengan teman-temanku, tapi mereka berbeda, tidak seperti aku. Mereka selalu kebingungan setiap aku ajakan mereka ke Ubud, mereka bukanlah orang-orang yang bisa menikmati keadaan di sekitar mereka. Tetapi aku sudah merasakan pesona dan eksotika Kota yang padat dan kental akan seni dan kekroditannya akan turis domestik maupun mancanegara. Tempat-tempat unik pun tak kurang kulihat di Ubud. Dari dulu aku ingin berkeliling Ubud dan mengabadikan momen ataupun even-even yang sebenarnya sudah tidak awam untuk aku lihat. Bahkan  aku pernah menghabiskan soreku dengan bersepeda di sini. Dan Minggu, 2 Februari 2012 aku menjalankan misiku menikmati Kota Ubud dan mencari anak-anak pelawang barong.
                Sebenarnya liburan ini sudah beberapa kali aku ke Ubud, tapi aku belum puas, bahkan di hari-hari  biasa aku sempatkan diriku untuk ke Ubud, tapi tetap saja aku belum puas dan walaupun aku tau Ubud memiliki limpahan pesona dan keasyikannya. Aku berangkat dengan Vario Pink dan uang Rp50.000,00 untuk mentraktir adikku ini di salah satu rumah makan dengan interior serba hijau dan di dalamnya ada beberapa pernak-pernik lucu, cocok untuk para remaja yang senang dengan Kafe beraksen lucu sebagai tempat bersantai atau sekedar berkumpul. Saat aku sampai, aku melihat 3 orang perempuan cantik yang kiranya berumur sekitar 20 tahun. Mereka sudah memesan minumnya yang aku lihat seperti Es Teh tetapi aroma lemonnya menusuk didinding hidungku. Jadi aku berkesimpulan itu adalah Lemon Tea.
                Aku mulai memesan makananku, dan adikku juga. Jujur saja, rumah makan itu memiliki harga yang cukup susah dijangkau. Tapi, aku ingin sesekali merasakan makanan “mahal” itu. Aku hanya memesan makanan yang berharga 15ribu, sedangkan talia sangat ingin mencicipi makanan berharga 33ribu itu. Sedangkan semua minuman di sana juga mahal. Tetapi ternyata Lia juga sudah membawa uang 50ribu dari papa untuk bekal kita -_- dan akhirnya kami memesan makanan yang cukup mahal. Sebelum pelayan pergi, dia sempat menanyakan “Saudara ya? Mirip banget, idungnya, matanya, pipinya, mulutnya” pembicaraannya berhenti seakan-akan tertahan senyum, aku menjawab “iya, kakak adik.” Dia pun pergi sambil dengan sopannya mengatakan “tunggu yah pesanannya.” dan aku curiga pasti di dalam pikirannya juga ada kata-kata seperti ini “jantuknya apa lagi sama sama nongnong”.
Saat menunggu pesanan datang, aku melihat sosok yang tidak asing lagi dimataku. Dia tanteku yang sudah suka berbisnis sejak muda dan tanteku duduk satu meja dengan 3 orang perempuan tadi. Dengan lantang aku menyapa, “Tanteeeee” dan mulailah pembicaraan kami. Hanya saja kami tetap pisah meja. Setelah makanan datang, aku menyantap dengan wajah yang aku rasa “inosen”. Tapi jujur saja, makanan di sana relatif standar dan tidak seenak makanan yang sering ku beli di pinggir jalan dan di bungkus daun pisang atau bisa disingkat Nasi jinggo. Hah, aku menyesal makan di sana. Saat kita berdiri dan ingin melanjutkan perjalanan dan misiku untuk bertemu anak-anak pelawang barong. Tapi tanteku tiba-tiba agak berteriak “Dik Tara, biar tante aja yang bayar” tapi aku ‘sedikit’ menolak, karena aku merasa tidak enak, makanan yang aku dan talia pesan adalah makanan yang cukup sangata lumayan mahal. Tapi dengan paksaan akhirnya hatiku luluh untuk mengijinkan sang tante cantik membayarkan makanan kami. Saat ini kamu sedikit merasakan getaran-getaran iklan salah satu provider HP yang mengutip tentang liburan gratis ke Bali.
                Setelah menancapkan Varioku sekitar 20 meter, aku mendengar suara dentuman gong khas ala anak-anak dan aku seketika menyebutkan “Barong” walaupun belum bayangnya belum tertangkap bola mata. Ternyata memang benar, dibalik mobil jeep hitam ada sekumpulan anak yang sedang pentas di depan rumah seorang wanita yang mengajak anak bayinya keluar. Dan di sana aku turun lalu memfoto-foto mereka karena memang mereka sangat lucu. Dan kami melanjutkan perjalanan.
                Aku dan Lia sampai di hutan monyet atau monkey forest. Seperti biasa, setiap aku ke sana aku pasti masuk lewat jalur gelap atau bisa dibilang tidak bayar atau singkatnya lagi Gratis. Iya, setiap aku ke sana memang selalu gratis. Setiap aku ke sana aku tidak pernah puas bereksplorasi dan menangkap setiap jepretan bagi para saudara-saudara kita itu. Tetapi, sekarang tidak. Aku mendapatkan cukup banyak  potret mereka. Dan ternyata wajah monyet itu berbeda-beda. Hehe.
                Lalu kami kembali melanjutkan perjalanan dan saat di Ubud square kami melihat sekumpulan anak-anak pelawang barong, dan mereka sedang diganggu oleh beberapa penjaga money changer yang meminta pelawang untuk menari tetapi tidak mau membayar. Menyedihkan. Spontan anak-anak itu pergi dan aku tetap mengikuti mereka dari belakang sambil sesekali berhenti karena jalan di sana sepi akan kendaraan tetapi sangat krodit dengan pejalan kaki. Hingga akhirnya mereka beristirahat dan kami bercengkrama sebentar. Saat aku akan beranjak pulang aku merasakan suatu kepuasan. Aku mulai menemukan keindahan dan keasikan Ubud walaupun hanya 3 jam. Sebelum itu, kami sempat simpang ke salah satu mini market yang sangat menjamur di Bali untuk membeli minuman, dan belum jauh dari minimarket itu aku menemukan keunikan lagi, yaitu mobil yang di corat-coret dengan cat. Lucu sekali.
Sebenarnya aku masih ingin mengajak Lia ke campuhan dan ke sawah yang di tengahnya terdapat bacaan not for sale. Aku juga ingin mengajak Lia ke jembatan campuhan. Tetapi aku ingat janjiku kepada mama bahwa aku harus pulang tepat pukul setengah 6 karena mama mengajakku untuk berlari sore. Saat di jalan pulang aku sengaja melewati desa Mas, ubud karena jalannya tidak berbelak-belok, tetapi sangat apes, kami bergabung dengan Geng Motor yang anggotanya memakai Baju hitam dengan tulisan punggung “Danger! Ride No Limit”. Saat aku ingin menyalip, mereka selalu menghalangi jalan, saat aku sengaja melambatkan motor, mereka tidak kalah lambat. Jadi aku terpaksa menerobos mereka dan ternyata hingga akhirnya aku sampai rumah mereka menempuh rute yang sama dengan kami.
Ubud, sangat indah dan eksotis. Walaupun sering aku menghirupkan nafasku di sana, tapi kali ini aku benar-benar merasa sedikit puas dengan perjalananku di Ubud.

1 komentar:

  1. kamu pasti tw aku siapa6 April 2012 pukul 08.33

    I'll be patient to wait you here with me.. :)

    I will keep you forever..
    And I will never let you go...

    BalasHapus

bagaimana?