Yang Punya

Foto saya
Denpasar, Bali, Indonesia
terbang naik elang, diserempet naga. selamat datang, selamat membaca :)

Senin, 06 Februari 2012

Menjenguk Saudara Kita


Sore itu ketika aku dan adikku, Lia selesai menyantap masakan makan siang kita yang agak terlambat, kami datang ke sebuah Hutan di kawasan Ubud untuk menjenguk beberapa saudara kita yang mungkin saat itu sedang sakit, bahagia, punya anak, menikah, atau sebagainya. Iya, Monkey Forest.


Monkey Forest terletak di Kota Ubud tepatnya di jalan Monkey Forest itu sendiri, Ubud Monkey Forest  adalah cagar alam dan komplek candi di Ubud, Bali. Taman ini merupakan rumah bagi sekitar 340 ekor monyet yang dikenal sebagai Kera ekor panjang (Macaca fascicularis). Ada empat kelompok monyet dan masing-masing berada wilayah yang berbeda di dalam taman ini.  Ubud Monkey Forest yang suci merupakan daya tarik wisata yang populer di Ubud, dan sering dikunjungi oleh lebih dari 10.000 wisatawan perbulannya.
Monkey Forest dimiliki oleh warga desa Padangtegal dan yayasan Wenara Wana Padangtegal sebagai pengelola Ubud Monkey Forest yang juga bekerja untuk menjaga kesucian taman ini dan mempromosikan situs suci ini sebagai tujuan wisata bagi para wisatawan.



Udara di sini sejuk, mengapa tidak, di sini adalah hutan yang memiliki banyak pohon rindang, sekalipun udara di jalan sangat menusuk kulit hingga darah terasa mendidih, tapi jika sudah masuk ke kawasan Hutan ini, rasanya asik sekali, sejuk dan sudah bisa kita lihat monyet-monyet yang betah berada di sana. Walaupun ramai, tetapi monyet-monyet itu terasa seperti menyambut kita dengan hangat dan mempersilahkan kita masuk ke dalam hutan mereka.



Aku lupa kapan tepatnya aku datang ke tempat ini, rasanya hampir setiap ke Ubud aku datang atau sekedar lewat di kawasan ini. Sejuk sekali. Dan hari ini aku sengaja datang khusus untuk menjenguk para kerabat dan saudaraku. Hahaha. Ya, aku mengabadikan setiap keunikan-keunikan yang mereka lakukan walaupun tidak semua hasil jepretanku bagus karena aku hanya menggunakan kamera telepon selularku. Setidaknya ada beberapa yang bisa ku pandangi apabila aku merindukan mereka.
Aku sudah tidak awam lagi dengan tempat ini, jalan-jalannya, tempat rusa dan bagaimana aku harus bersikap di sini aku sudah tau, tetapi baru kali ini aku bisa datang dengan sangat puas khusus untuk mengabadikan dan mencari tahu apa yang di rasakan turis pendatang tentang tempat ini. Salah satunya Jane, (mungkin penulisan namanya seperti itu), turis mancanegara asal Belanda yang saat itu menggunakan  terusan oranye dan sepertinya menggunakan celana pendek hitam. jujur aku sedikit tidak mengerti dengan setiap yang dia katakan, tapi aku bisa menangkap bahwa menurutnya sangat unik banyak kera yang tidak diberikan kandang/sangkar bisa tetap diam di area Hutan ini dan tidak mengganggu aktifitas di kota. Kurang lebih seperti itu tanggapannya yang aku tangkap.
Ya memang benar, ini sangatlah unik, kera-kera ini dibiarkan lepas di suatu hutan tengah kota tetapi tidak mengganggu kegiatan atau rutinitas yang ada di kota ini, Ubud. Setelah asik berbincang dengan Jane, aku dan Lia kembali berjalan ke bawah. Atau ke arah sungai yang melintasi Monkey Forest. Di sana adikku tertarik dengan sebuah kolam yang banyak berisi koin-koin, dia dengan semangatnya bertanya padaku, dan setahuku, kolam itu di sebut kolam permintaan yang dilemparkan koin dan astungkara permohonanmu akan terwujud, lalu talia melemparkan 2 koin ke dalam kolam.



Setelah berputar cukup lama di dalam hutan, aku kembali ke perkiranku di sudut, di tempat parkir khusus orang-orang yang masuk secara gratis atau parkir gelap. Dan dari sana, kami melanjutkan perjalanan untuk mencari anak-anak pelawang barong yang bisa diajak bercengkrama. Lalu kepergian kami dari Monkey Forest diakhiri dengan HP Talia yang jatuh beberapa kali.

1 komentar:

bagaimana?